Makalah Pendidikan – Makalah Psikologi Pendidikan. Berikut ini adalah Makalah Psikologi yang berjudul “Pendidikan Anak Berbakat”. Semoga makalah ini bisa berguna bagi anda yang ingin membuat makalah psikologi yang berhubungan dengan judul tersebut. Banyak anak berbakat namun tidak jarang mereka kurang dukungan dan kurang faktor yang mempengaruhinya.
Kata Pengantar
Segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Karena rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi Pendidikan dengan judul “Pendidikan Anak Berbakat.” Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya termasuk kita hingga akhir zaman.
Anak berbakat adalah sebuah anugrah yang diberikan oleh Allah SWT . potensi-potensi tersebut sebenarnya sudah melekat pada diri manusia sejak kecil sehingga lingkungannya haruslah mendukung agar potensi-potensi anak berbakat itu akan berkembang dan berguna bagi kehidupan masyarakat. Lalu apa sebenarnya definisi dari anak berbakat itu? Apa saja karakteristik atau ciri-ciri yang tampak dari anak berbakat? Bagaimana kita mengidentifiksi anak berbakat? Bagaimana cara mendidik anak berbakat yang tepat sehingga potensi yang ia miliki dapat kita gali dan kita kembangkan? Lalu bagaimana menurut perspektif Islam dalam menjawab hal-hal mengenai anak berbakat? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan kami kupas tuntas dalam makalah ini.
Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendorong kami untuk menyelesaikan makalah ini, terutama kepada dosen Psikologi Pendidikan kami, Ibu Dra.Diana Mutiah M.si. karena intruksinya, kami menjadi paham dan mendalami secara intensif mengenai anak bebakat sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman kelas kami yang telah memberikan sinyal-sinyal tanda peperangan positif dimulai, yaitu peperangan akademis sehingga kami terpacu untuk mengerjakan makalah ini lebih baik dari teman-teman satu kelas yang lainnya.
“Tak ada gading yang tak retak.” Mungkin itulah peribahasa yang tepat untuk makalah ini. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Kami sadar, terdapat banyak kekurangan yang terkandung dalam makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran pada penulisan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dengan begitu banyaknya penduduk yang tersebar di seluruh wilayah tentu memiliki individu-individu yang berbakat, dan itu merupakan aset yang sangat berharga bagi bangsa dan negara ini. Anak berbakat (gifted child) perlu mendapatkan pendidikan untuk mengembangkan potensi kecerdasan dan bakat secara optimal. (Farhah, 2012:1).
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 yakni : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Lebih lanjut pada pasal 5 ayat 4 “Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. Tidak hanya sampai di situ namun dalam UU No. 22 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 “setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Pembahasan makalah ini lebih memfokuskan pada anak berbakat kreatif. Anak berbakat kreatif juga perlu mendapatkan pelayanan khusus bukan hanya siswa-siswa bermasalah saja yang perlu diperhatikan namun seluruh peserta didik dan yang utamanya juga mereka yang memiliki bakat kreatif, agar bakat kreatif mereka menjadi terasah, punya keterampilan sebagai modal dalam kehidupan yang akan dijalani dalam kehidupannya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian pada latarbelakang terdapat beberapa poin yang menajdi asalah pokok dalam pembahasan yang nanti akan diuraikan, yaitu:
1. Apa pengertian dari keberbakatan?
2. Apakah karakteristik dari anak berbakat?
3. Bagaimana cara mengidentifikasi anak berbakat?
4. Bagaimana cara mendidik anak berbakat?
5. Bagaimana islam memandang keberbakatan?
1.3 Tujuan
Mengetahui definisi keterbakatan dalam secara umum maupun yang lain
1. Mengetahui karakteristik dari anak berbakat
2. Mengetahui cara mengidentifikasi anak berbakat
3. Mengetahui cara mendidik anak berbakat dengan benar
4. Mengetahui perspektif Islam dalam keberbkatan seseorang
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Definisi Keberbakatan
§ Secara umum
Keterbakatan didefinisikan sebagai kemampuan atau bakat yang sangat tinggi di satu atau lebih bidang sedemikian rupa sehingga siswa membutuhkan layanan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan potensi nya itu sepenuhnya.
§ Menurut Shavinina dan Ferrari, 2003; Simonton, 2001; Winner 2000b
Keterbakatan merupakan hasil dari predisposisi genetic dan pengasuhan lingkungan
§ Menurut Widodo Judarwanto (2007)
Keberbakatan adalah kemampuan intelektual atau kecerdasan diantaranya meliputi kemampuan intelektual musik, matematika, fisika, kimia, elektronika, informasi tehnologi, bahasa, olahraga dan berbagai tingkat kecerdasan di berbagai bidang lainnya yang kemampuannya jauh di atas rata-rata anak seusianya.
§ Menurut Galton (2002)
Kebeberbakatan merupakan kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas intelektual, kemauan yang kuat, dan unjuk kerja
§ Menurut Clark (1986)
Keberbakatan adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa, yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungan. Keberbakatan ikut ditentukan oleh kebutuhan dan kecenderungan kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup.
2.2 Karakteristik Keberbakatan
Semua siswa berbakat juga berbeda-beda dalam hal kekuatan dan talenta mereka yang unik, dan mereka yang memperlihatkan talenta yang luar biasa salah satu bidang dapat saja hanya memperlihatkan kemampuan rata-rata di bidang lainnya.
Siswa berbakat memiliki karaktersitik seperti: (Winner, 2000b)
· Penbendaharaan kata yang kaya, kemampuan berbahasa yang tinggi dan keterampilan membaca diatas rata-rata
· Pengetahuan umum yang kaya mengenai dunia
· Kemampuan belajar lebih cepat, mudah, dan mandiri dibandingkan teman-teman lainnya.
· Proses kognitif dan strategi belajar yang lebih canggih dan efisien
· Fleksibelitas yang lebih besar dalam hal gagasan dan pendekatan terhadap tugas.
· Standar performa yang tinggi (kadangkala terlalu perfeksionis)
· Konsep diri yang positif khususnya dalam kaitan dengan usaha-usaha akademis.
· Perkembangan sosial dan penyesuaian emosi diatas rata-rata (meskipun beberapa siswa berbakat yang ekstrim mungkin mengalami kesulitan Karen mereka sangat berbeda dari teman-teman sebayanya) (B.Clark, 1997; Cornell et.al., 1990; A.W.Gottfried et.al., 1994; Lupart, 1995; Parker, 1997; Shavinina & Ferrari, 2004; Silvermen, 1994; Steiner &Carr, 2003; Winner, 2000a, 2000b)
Identifikasi anak berbakat
Apakah bakat merupakan keturunan atau hasil lingkungan? Kemungkinan besar keduanya. Individu-induvidu yang berbakat dapat mengindetifikasi bahwa mereka mempunyai tanda-tanda kemampuan yang tinggi pada bidang tertentu pada usia muda, sebelum atau pada awal pendidikan (Howe, dkk., 1995) . Ini menunjukan bahwa kuatnya pengaruh genetik atau keturunan pada anak berbakat. Namun, para peneliti juga menemukan bahwa individu yang berhasil mendapatkan gelar juara atau diberi lebel status sosial master piece oleh masyarakat pada bidang seni, matematika, ilmu pengetuhuan dan olahraga itu semuanya dikarenakan dukungan keluarga disertai pelatihan dan praktik bertahun-tahun (Bloom, 1985) . Latihan dengan serius secara teratur merupakan bekal individu yang sangat penting untuk menjadi ahli dalam bidang tertentu. Latihan yang dilakukan dengan serius dan teratur (deliberate practice) adalah latihan yang muncul pada tingkat kesulitan yang sesuai pada individu tersebut, member umpan balik yang koleratif, dan mungkin memungkinkan kesempatan untuk pengulangan (Erickson, 1996). Dalam satu studi, musisi terbaik melakukan latihan yang serius dan teratur dengan porsi dua kali lipat lebih banyak dibandingkan musisi amatir (Ericsson,Krampe, & Tesch, 1993) .
Apakah anak-anak yang dari kecil sudah memiliki bakat tertentu berpotensi akan berbakat pula pada saat dewasa dan menjadi orang yang sangat kreatif? Dalam penelitian Terman, anak-anak yang memiliki IQ tinggi pada bidang tertentu akan berpotensi menjadi orang yang ahli pada bidang tersebut. (Winner, 200) .
Sejak usia dini sudah dapat dilihat kemungkinan ada atau tidaknya bakat tertentu dari anak. Sebagai contoh: “anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun; atau anak usia tiga tahun tetapi sudah mampu membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia 7-8 tahun. Mereka akan sangat senang jika mendapat pelayanan seperti yang mereka harapkan.”
Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia terlihat seperti anak seusianya, tetapi jika sedang membaca ia menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun, jika mengerjakan soal matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, dan jika berbicara seperti anak berusia lima tahun.
Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalami kewalahan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi "kehausan" akan informasi.
Di kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar. Anak-anak berbakat sering tidak menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yang tidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman, pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk menulis. Perkembangan pikirannya jauh lebih cepat daripada perkembangan motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya. Tapi itu tidak terjadi pada semua anak berbakat, hanya beberapa dari mereka saja.
Hal yang menyebabkan beberapa anak berbakat pada saat dewasa tidak menjadi master piece atau ahli pada bidangnya adalah bahwa mereka ditekan terlalu keras oleh oran tuanya dan guru yang terlalu keras mengajarnya. Akibatnya, mereka kehilangan motivasi intrinsik (internal) mereka (Winner, 1996, 2006) . Di saat mereka dewasa, mereka bertanya pada dirinya,”Untuk siapa aku melakukan ini semua?” jika jawabannya bukan untuk dirinya sendiri berarti mereka tidak ingin melakukannya lagi.
Pendidikan Anak Berbakat
Tujuan pendidikan anak berbakat adalah agar mereka menguasai sistem konseptual yang penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterampilan yang menjadikannya mandiri dan kreatif, serta mengembangkan kesenangan dan kegairahan belajar untuk berprestasi.
Kebutuhan pendidikan anak berbakat ditinjau dari kepentingan anak berbakat itu sendiri, yaitu yang berhubungan dengan pengembangan potensinya yang hebat. Untuk mewujudkan potensi yang hebat itu, anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensi yang dimilikinya melalui penggunaan fungsi otak, peluang untuk berinteraksi, dan pengembangan kreativitas dan motivasi internal untuk belajar berprestasi. Dari segi kepentingan masyarakat, anak berbakat membutuhkan kepedulian, pengakomodasian, perwujudan lingkungan yang kaya dengan pengalaman, dan kesempatan anak berbakat untuk berlatih secara nyata.
Selanjutnya dalam menentukan jenis layanan bagi anak berbakat perlu memperhatikan beberapa komponen. Komponen persiapan penentunan jenis layanan seperti: Mengidentifikasi anak berbakat merupakan hal yang tidak mudah, karena banyak anak berbakat yang tidak menampakkan keberbakatannya dan tidak dipupuk. Untuk mengidentifikasi anak berbakat, perlu menentukan alasan atau sebab mencari mereka sehingga dapat menentukan alat indentifikasi yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Misalnya: jika memilih kelompok Matematika, maka pendekatannya harus mengarah pada penelusuran bakat matematika.
Selanjutnya komponen alternatif implementasi layanan meliputi: ciri khas layanan, strategi pembelajaran dan evaluasi. Hal-hal yang diperhatikan dalam ciri khas layanan adalah adaptasi lingkungan belajar seperti usaha pengorganisasian tempat belajar (sekolah unggulan, kelas khusus, guru konsultan, ruang sumber, dll). Selain itu ada adaptasi program seperti: usaha pengayaan, percepatan, pencanggihan, dan pembaharuan program, serta modifikasi kurikulum (kurikulum plus, dan berdiferensiasi).
Berkaitan dengan strategi pembelajaran bahwa strtategi pembelajaran yang dipilih harus dapat mengembangkan kemampuan intetelektual dan non intelektual serta dapat mendorong cara belajar anak berbakat. Karena itu anak berbakat membutuhkan model layanan khusus seperti bidang kognitif-afektif, moral, nilai, kreativitas, dan bidang-bidang khusus. Evaluasi pembelajaran anak berbakat menekankan pada pengukuran dengan acuan kriteria dan pengukuran acuan norma.
Pemberian program khusus untuk pendidikan anak berbakat ini dibuat karena anak-anak berbakat mempunyai kebutuhan pendidikan khusus. Anak-anak ini telah menguasai banyak konsep ketika mereka ditempatkan di satu kelas tertentu, sehingga sebagian besar waktu sekolah mereka akan terbuang percuma. Mereka mempunyai kebutuhan yang sama dengan siswa-siswa lainnya, yaitu kesempatan yang konsisten untuk belajar bahan baru dan untuk mengembangkan perilaku yang memungkinkan mereka mengatasi tantangan dan perjuangan dalam belajar sesuatu yang baru. Akan sangat sulit bagi anak-anak berbakat ini memenuhi kebutuhan tersebut bila mereka ditempatkan dalam kelas yang heterogen.(Winebrenner & Devlin, 1996) . Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan minat yang berbeda dari kebanyakan anak-anak sebayanya, maka agak sulit jika anak berbakat dimasukkan pada sekolah tradisional, bercampur dengan anak-anak lainnya. Di kelas-kelas seperti itu anak-anak berbakat akan mendapatkan dua kerugian, yaitu:
(1) anak berbakat akan frustrasi karena tidak mendapat pelayanan yang dibutuhkan,
(2) guru dan teman-teman kelasnya akan bisa sangat terganggu oleh perilaku anak berbakat tadi.
Para ahli berpendapat bahwa pendidikan anak-anak berbakat mewajibkan pemeriksaan yang signifikan. Seperti yang dikemukakan dalam buku : Genius Denied: How to Stop Wasting Our Brightest Young Minds (Davidson & Davidson , 2004)
Anak-anak berbakat yang merasa tidak tertantang dengan materi dan situasi kelas akan mengganggu, membolos, dan kehilangan minat dalam mencapai prestasi. Terkadang anak-anak ini tidak tertarik untuk mengerjakan tugas, menjadi pasif di kelas, dan apatis di lingkungan sekolah (Rosselli, 1996). Guru harus menantang anakl-anak yang berbakat luntuk mencapai harapannya yang tinggi hingga bakatnyta terasah sehingga pada saat dewasa ia menjadi ahli pada bidang tertentu (Hargrove, 2005; Tassell-Baska & Stambaugh, 2006; Winner, 2006) .
Lima pilihan program yang tepat dilakukan untuk anak-anak yang berbakat adalah (Hertzog, 1998) :
Ø Kelas Khusus. Ini telah menjadi cara yang umum untuk mendidik anak-anak yang berbakat. Kelas khusus yang dilakukan selama hari sekolah biasa disebut program “penarikan.” Beberapa kelas khusus juga diadakan setelah sekolah pada hari pada hari sabtu. Atau biasanya di sekolah-sekolah formal di Indonesia biasa dijumpai kelas ekstra-kurikuler, dimana pada kelas tersebut bertujuan untuk mengembangkan potensi bakat yang dimiiliki peserta didik.
Ø Akselerasi dan pengayaan. Diawal penerimaan taman kanak-kanak (TK) hingga jenjang berikutnya, sekolah seharusnya meberi tes IQ, bakat, minat untuk menempatkan anak-anak berbakat pada tempatnya yg sesuai agar mereka mampu meningkatkan opotensinya. Anak yang telah dites dan mendapatkan hasil yang menyatakan dia berbakat maka sehendaknya anak tersebut ditempat pada kelas akselerasi (menyelesaikan 3 tingkat dalam 2 tahun) atau proses percepatan materi (Colangelo, Asoline, & Gross, 2004; Johnsen, 2005) . Pemadatan atau percepata materi kurikulum adalah proses dimana siswa berbakat dianggap bisa menyelesaikan materi lebih cepat dibanding anak-anak yang memiliki IQ standar pada umumnya.
Ø Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Cara lain yang dapat ditempuh selain model akselerasi adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah atau di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
Ø Mentor. Ini adalah cara yang paling penting untuk mengembangngkan potensi anak berbakat. Dengan adanya mentor, anak berbakat akan termotivasi, tertantang, dan tidak merasa monoton tentang apa yang dipelajari karena peran mentor disini adalah untuk menggali potensi anak berbakat. Seorang mentor juga harus menggunakan cara-cara yang efektif untuk mendidik anak berbakat seperti, pemberian materi yang luas, tingkat kesulitan materi lebih tinggi, pemberian materi disertasi aplikasi, dan selalu memberikan evaluasi kepada peserta didik. (Pleiss & Feldhusen, 1995)
Ø Program layanan kerja untuk masyarakat. Pada program ini, peserta didik yani anak berbakat wajib mengaplikasikan ilmunya kepada masyarakat. Hal ini diberikan agar anak berbakat dapat berbaur dengan masyarakat dan memberikan kesan kepada meraka bahwa talenta sangat diperlukan oleh masyarakat sehingga anak berbakat akan terus mempelajari ilmunya dan menghasilkan hal baru.
Guru atau mentor yang melaksanakan tugas-tugas kurikuler yang telah digariskan mempunyai peranan yang penting agar apa yang akan diajarkan bisa merangsang perkembangan seluruh potensi yang dimiliki serta berhasil melatih setiap aspek yang berkembang memperlihatkan fungsi-fungsi kreatif dan produktif.
Mengenai pelaksanaan pendidikan khusus untuk anak berbakat pada umumnya dikelompokkan dalam tiga bentuk:
· “Pemerkayaan” yaitu pembinaan bakat dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat pendalaman kepada anak berbakat setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk anak pada umumnya (independent study, projects, dan sebagainya).
· “Percepatan” yaitu cara penanganan anak berbakat dengan memperbolehkan anak naik kelas secara melompat, atau menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih singkat. Variasi bentuk-bentuk percepatan adalah antara lain early admission, advanced placement, advanced courses.
· “Pengelompokan Khusus” dilakukan secara penuh atau sebagian, yaitu bila sejumlah anak berbakat dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan potensinya.
Selain bentuk-bentuk pembinaan tersebut di atas, ada pula cara-cara pembinaan yang lebih bersifat informal, misalnya dengan pemberian kesempatan meninjau lembaga-lembaga penelitian-pengembangan yang relevan, atau pengadaan perlombaan-perlombaan.
Peran orang tua dalam menghadapi anak berbakat adalah memberi perhatian terlalu banyak atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin.
Ada beberapa hal yang memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi dan membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977; Vernon, 1977) diantaranya adalah:
· anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan seorang anak. Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.
· Sempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya
· Berilah kesempatan seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun jangan memaksakan minat-minat tertentu.
· Berilah kesempatan jika anak ingin mendalami suatu bidang, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
· Kerjasama Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam masyarakat dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang sama.
Anak Berbakat Menurut Perspektif Islam
انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ وَلَلْآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا
Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya. (Al israa ayat 21)
الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al anam ayat 165).
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Anfaal 53).
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.(ar ra’du 11)
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
6. Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan, Al- Insyira ayat 5.
Islam juga memberi petunjuk kepada orang tua agar dalam mendidik selalu memperhatikan tingkat kemampuan anak, seperti dalam hadist Rosul yang berbunyi :
ا مر ت ان اخا طب النا س على قد ر عقو لهم ( روه مسلم )
“Saya disuruh berbicara kepada orang-orang sesuai dengan kemampuan intelektual mereka.“(HR.Muslim)21
Hadist di atas menjelaskan bahwa orang tua/ pendidik dalam melaksanakan tugas harus menyesuaikan daya pikir anak sehingga akan terarah pada kemampuannya dan anak dapat terus berkembang.
Dari ayat dan hadist di atas menunjukkan bahwa Islam sangat mendorong pendidikan intelektual dan membebani tanggung jawab pendidik khususnya orang tua terhadap kemampuan anak, termasuk juga anak yang tergolong berbakat.
Anak Berbakat memiliki kelebihan yang luar biasa sehingga mendidiknya pun berbeda dengan anak normal biasa. Kelebihan anak berbakat antara lain memiliki kekuatan untuk mengingat dan manghapal. Dalam pendidikan Islam hal yang paling utama yang perlu diajarkan adalah menghapal ayat-ayat suci al-quran, karena keutamaannya sangat besar, yang digambarkan dalam hadist Nabi SAW berbunyi :
من قر أ الق ا ن و تعلمه و عمل به ألبس يو م القيا مة تا جا ون نو ر ضو ؤ ه مثل ضو ء الشمس ويكسى والد يه حلتا ن لا يقو م بهما الد نيا فيقو لا ن نما كسينا هدا فيقا ل يأ خد و لد كما القرآ ن . ( روه الحا كم )
“Siapa yang membaca Al-Quran dan mempelajarinya, lalu mengamalkannya, maka pada hari kiamat akan dikenakan padanya mahkota yang terbuat dari cahaya, yang sinarnya seperti sinar matahari, sedankan pada kedua orang tuanya akan dikenakan dua potong pakaian yang tiada dapat disanggah oleh dunia. Lalu keduanya bertanya, Mengapa Kami diberi pekaian ini lalu dijawab, “ karena anakmu belajar Al-Quran.” ( HR. Al-Hakim.)23
Untuk mengajarkan Al-quran pada anak orang tua dapat memasukkan anaknya ke dalam kelompok penghapal Al-quran, orang tua dapat mendaftarkan anaknya pada seorang ustadz yang sudah dikenal bagus hapalannya dan kesalehan ahlaknya.
Disamping menghapal Al-quran, sebaiknya diajarkan pula untuk menghapal hadist Nabi SAW dari kitab shahih, seperti shahih muslim dan shahih bukhari. Pilihkan hadist yang ungkapannya sederhana dan mudah ditangkap maknanya dan bermanfaat bagi kehidupan anak-anak. Seperti kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya dan hadist-hadist yang berkaitan dengan ahlak dan etika.
Dalam pendidikan Islam anak juga dianjurkan untuk menghapal peribahasa yang mengandung hikmah dan kebenaran. Hapalan ini akan membantu anak memahami ayat dan hadist yang didalamnya banyak sekali ungkapan yang mengandung peribahasa. Ibnu Jauzi mengatakan bahwa di dalam Al-quran terdapat 43 peribahasa. Diantara contoh peribahasa itu adalah:” apa yang kau tanam, akan kau tunaikan jua, waspadalah akan kejahatan orang yang kamu berbuat baik kepadanya; barang siapa yang tidak mengetahui suatu perkara, maka ia aka mengulanginya.” Orang tua hendaknya menjelaskan maksud peribahasa itu sesuai dengan tingkat pemahaman anak.
Untuk memenuhi keinginan dalam bidang penemuan-penemuan baru orang tua dapat menyediakan perpustakan di rumah, pilih salah satu ruang yang dapat dijangkau oleh anak, perpustakaan itu dapat berisi ensiklopedi ilmiah atau majalah ilmiah. Dan sebaiknya orang tua perlu memperhatikan isinya jangan sampai anak termakan propaganda sekularisasi yang biasanya termuat dalam metode ilmiah barat hal ini bisa berupa terjemahan dari buku-buku yang berasal dari barat.
Orang tua juga harus mendorong anaknya untuk terus meneliti, dengan mengarahkan perhatian anak pada alam raya; memberi tahu tentang kebaikan dan keindahan yang ada pada mahluk Allah dengan cara membiasakan anak untuk memperhatikan semua ciptaan Allah yang ada di alam; dan mengadakan penelitian. Orang tua dapat menyediakan alat untuk meneliti misalnya dengan mikroskop, teleskop dan sebagainya. Dalam hal ini Allah memerintahkan pada manusia untuk selalu memikirkan nikmat-nikmat-Nya dan apa yang telah Dia ciptakan, baik di langit maupun di bumi.27 Dalam QS. Yunus :101 berbunyi:
قل ا نظروا ما دا فى السموا ت والأرض
“Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.”28
Lingkungan sangat berperan pada perkembangan anak berbakat, oleh karena itu orang tua harus mengupayakan agar anaknya dapat bersosialisasi dengan lingkungan. Salah satunya yaitu orang tua perlu mencarikan teman yang mempunyai kecerdasan sehingga anak dapat menyalurkan kemampuannya.
Dalam pendidikan Islam mencarikan teman buat anaknya bukan hanya yang mempunyai IQ tinggi/cerdas tetapi juga yang baik moralnya dan kuat akidahnya, karena seorang teman mempunyai pengaruh yang besar. Ini tergambar dalam sabda Rosulullah SAW :
اا لمر ء على د ين خليله فلينطر احد كم من يخا لل ( روه التر مد ي )
“Seseorang itu berdasarkan agama temannya, oleh karena itu perhatikanlah kepada siapa ia berteman.”29
Selain upaya-upaya di atas anak perlu diberi dorangan motivasi karena motivasi membuat percaya pada potensi yang dimiliki. (seperti yang telah dijelaskan di atas. )
Kedudukan motivasi dalam teori pendidikan disebutkan bahwa motivasi berkaitan dengan fungsi psikis, menyangkut kejiwaan manusia. Dalam kaitan ini ajaran Islam menyatakan bahwa disamping unsur fisik manusia juga dilengkapi dengan unsur psikis/jiwa yang menjadi penggerak tingkah raga seseorang dalam wujud motivasi untuk mengerjakan perbuatan tertentu.30 Adapun firman Allah yang menjadi sumber motivasi adalah QS. Al-Zalzalah ayat 7-8.
فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يره (7) فمن يعمل مثقال ذرة شرا يره (8).
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya”. (7).
“Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula”. (8). 31
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa kecerdasan berhubungan dengan akal dan otak, dimana keduanya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya mengenai makanan (gizi). Dalam pendidikan Islam selain makanan yang bergizi/baik juga mementingkan makanan yang halal,sebagaimana firman Allah QS An-Nahl: 114
فكلوا مما رزقكم الله حللا طيبا ...
artinya : “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu..”
oleh karena itu meskipun bergizi/baik tetapi tidak halal maka tidak diperbolehkan/diharamkan. Karena makanan dan minuman yang dimakan manusia mempunyai pengaruh terhadap jasmani dan rohani untuk itu orang tua agar melarang anak terlalu kenyang karena menimbulkan pengaruh yang kurang baik dalam diri anak.
Masa perkembangan anak baik jasmani, akal dan mental sangat membutuhkan gizi makanan yang baik. Syari’at Islam menyarankan agar umatnya mengkonsumsi berbagai zat makanan yang bergizi yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia.
Menurut H. Khairiyah Thaha MA dalam bukunya “Konsep Ibu Teladan” menyebutkan bahwa agar pendidikan intelektual dapat mencapai hasil optimal ada sejumlah cara dan metode yang bisa ditempuh antara lain :
1.Orang tua hendaknya menumbuhkan kesadaran untuk mendengar dan mengingatkan hal-hal yang positif pada diri anak, dengan cara menyampaikan seluk beluk ajaran Islam secara bertahap.
2.Menyediakan perpustakaan mini di kamar anak yang terdiri dari buku-buku tentang kisah para nabi dan Rosul, para sahabat dan buku-buku pengetahuan yang bermanfaat bagi masa depan anak sesuai dengan tuntutan usia, perkembangan serta kemampuannya.
3.Mencarikan teman sepergaulan yang memiliki kecerdasan dan keunggulan ilmiah yang memadai sehingga bisa mempengaruhi dalam berfikir dan berperilaku ilmiah.37
Demikianlah beberapa upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam mendidik dan memelihara anaknya yang berbakat yang diambil dari pendapat para ahli dan diperkuat dengan al-quran dan hadist.
Berikut ini akan penulis contohkan anak berbakat dari Islam :
Abbdullah Ibnu Abbas ( seorang ahli tafsir dan ahli Fiqh.) Ia seorang yang cerdas pada masa kecil, ini dilihat dari pikirannya yang lebih dewasa dari pada umurnya, dan pengetahunnya lebih luas dari pada usianya, semua ayat al-quran yang telah Ia dengar, Ia hafal di luar kepala dan semua hadist Rasulullah yang ia dengan, Ia mengerti dan Ia pahami benar-benar. Abdullah sering juga bergaul dengan orang-ornga tua untuk mendengarkan kisah-kisah tentang “peristiwa-peristiwa Arab” dari mereka. Oleh karena itu pada usia delapan belas tahun Ia telah menjadi seorang pemuda yang luas ilmu pengetahunnya sehingga orang-orang sering datang ke rumahnya untuk bertanya tentang ta’wil ayat-ayat al-quran, hadist rasulullah SAW atau masalah yang berhubungan dengan fiqh, bahasa dan peristiwa-peristiwa Arab.38
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa anak berbakat sudah ada sejak zaman Rasulullah.
0 Response to "Makalah Psikologi Pendidikan Anak Berbakat"
Post a Comment